Senin, 28 Februari 2011

Cerita dari Balik Dinding Kelas

Nak, dunia ini memang lucu
Penuh ironi, paradoks, akhirnya jadi parodi
Tertawa aku melihat kelakuanmu!

Nak...
Hari ini, untuk ratusan kalinya
Aku mendatangi, membujuk, menyemangati
Memintamu masuk kelas
Biar kita bisa bicara dengan lugas,
juga bercerita dengan dinding kelas..

Tapi,
Kau malah bilang seperti ini,
"Bu, habiskan dulu satu batang rokok ini,
baru kita belajar". . .

Nak, sungguh. . .
ini jadi sangat menarik..
Dulu, waktu orang tuamu yang jadi muridku
Mereka akan beri hormat,
Masih ada sopan, masih mengerti santun.
Gurumu itu, dulu slalu digugu, ditiru

Mungkin karena gurumu dulu pakai kapur
Rupiah diamploppun dapat dihitung
Hanya cukup beli butiran beras
Biar dapurnya terus mengepul,
Makanya, hidup gurumu dulu melarat, sekarat!

Tapi, lihatlah sekarang..
Mungkin juga karena orang tuamu terlalu beruang
Juga "gurumu sekarang" sudah banyak "uang"
tidak lagi pakai kapur,
Ada teknologi seperti yang mereka bilang
Pelajaran budi pekerti juga bahasa negri sendiri
Diianggap tidaklah terlalu penting
Harus megerti teknologi, belajar angka-angkat, tau rumus pasti!

Mungkin gurumu sekarang
Sudah lupa cara mengajar pekerti, atau disuruh tidak mengajari
Kata orang yang ahli, ini degradasi
Degradasi moral, hal biasa sering terjadi

Sungguh Nak,
Miris hati ini melihatmu

Tapi tenang saja!
Kau akan segera kuajari memahami bukan sekedar mengerti!
Dunia ini penuh parodi, Nak!

Tak apa,
Habiskan dulu sebatang rokokmu itu
karena katamu itu sumber inspirasi
Aku masih menanti

Karena setelah ini, kita akan belajar
Sekolahmu bukan sekedar mengumbulkan anka-angka
Angka bisa kau dapat dengan beragam cara
Tapi kau harus punya nilai, kau harus memahami!

Tak apa, inilah parodi Nak!
Segera habiskan rokokmu!
Bagaimana bila sejenak saja kita lupakan ilmu pasti,
kau perlu budi pekeri
Kau tak harus menunggu "berkeringat"
Biar bisa mandiri
jadi manusia sejati
dan paham caranya hidup..

Dan kau tau,
Pelajaran kita  hari ini
Dimulai dengan memahami, bukan cuma tau dan mengerti..
Jadi, Semangatlah...beranikan dirimu bermimpi....







(Nak, sungguh tak tega aku melihatmu seperti ini, hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan
Catatan dari balik kaca, tempatku mengajakmu bercerita...)