Ini kutulis ketika riduku membuncah...
tak biasa..
setiap inci dari tubuhku meminta mengingatmu
setiap sel di kepalaku meminta mengingatmu
setiap rasa dan logikaku meminta mengingatmu
memaksaku mengingatmu
sudah ku ingat
sudah...
tapi...
kenapa jadi kosong dan hampa begini?
ini mungkin hanya pertanda
atau hanya fatamorgana
Bias hujan sore itu
membekas menambah kepingan-kepingan rindu
yang kuceritakan pada Senja untukmu
Aku masih ingin menjadi ilalang
menari diterpa angin malam, dingin...
ku tulis syair rindu ini sembari
mengeja kata yang kutulis
tunduk, bersama air mata
tapi, kau tenang saja masih bisa terbaca
Mungkinkah ada Matahari di cerita kita
Cerita yang sudah jadi gelap...
kau diam...
aku menunggu jawaban
tak ada jawaban
kenapa kau jadi takut?
bukankan ini cerita tentang rasa..
tiada teori pasti
apalagi harus tunduk dengan aturan orang-orang
kau masih diam
tak ada jawaban
sekarang....aku masih berupa ilalang di tengah hutan...
dicumbu ribuan kunang-kunang...
ya...mungkin sepi ini akan jauh lebih menenangkan....
Hujan..selalu abadikan tiap ceritaku bersamamu....semoga kau tau |
di sudut imajinasiku, sendiri berbincang bersama waktu
untuk mengenangmu..
Hari ke-9 masih di bulan dan tahun yang sama...