Senin, 24 Juni 2013

Coret-coret 2

Mat, Bola pijar  di Langit kota kecil kita sedang tersenyum ceria hari ini, sebut saja hari ini sedang terik-teriknya. Panass cekali..


kalau kau muter-muter setengah jam saja pake motor, bisa kering. Tapi bukan kah kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang kita dapati hari ini. Karena bisa saja hujan tiba-tiba mengengok kita tanpa kata, tanpa memberi tanda.

Di kota kecil kita ini cuaca bisa berubah kapan saja. Sekarang
sedang terik-teriknya, bisa jadi sore atau malam hujan sederas-derasnya dan keesokan harinya kita akan mengeluh lagi ternya setiap ruas jalan digenangi air dan akan bertambah tinggi karena bulan sedang Purnama, Mahakam pasang. Kapan kita berhenti mengeluh ya, Mat?

Hari ini seharusnya aku giat mencari bahan, mengunjungi dosen biar skripsinya rampung dan selesai dengan damai, aku cuma punya waktu dua minggu saja. sayangnya setelah mencoba membaca lebih serius, ehhh, malesnya makin menjadi..
maafin aku ya, Mat..
(sudah berapa banyak aku minta maaf yok?)

Belakangan ini, aku sering sekali mengeluh letih, lelah, dan kata-kata sejenisnya. Seharusnya tidak seperti itu kan, teman?
boleh berlelah-lelah atau berletih-letih, tapi tidak boleh keterusan letihnya...

Mat, Kemarin, sekolah buat buku tahunan untuk kelulusan anak-anak. kami para pendidiknya harus turut serta menulis biodata biar dikenang sama anak murid kami. Ada form yang harus diisi, salah satunya adalah cita-cita. Ternyata, aku jadi bingung harus menulis apa di situ. Mungkin kalau dulu ditanya gitu aku jawab "saya ingin menjadi guru" obsesi yang aku pelihara sejak kelas tiga SD, bahwa saya ingin menjadi guru.Sekarang kalau boleh dibilang meskipun belum dilegalisasi, aku sudah mengakrabi papan tulis, Mat..
Akhirnya setelah merenung panjang lebar aku tulis seperti ini, Mat!

"cita-cita:  menjadi pelukis profesional yang bisa melukis senyum di wajah orang-orang"

itu cita-cita ku, Mat. Temenku yang bertanggung jawab atas terbitnya buku tahunan itu terpana sama tulisan itu. He he he..
aku suka melihat orang-orang di sekitarku tersenyum, itu penting , Mat..

Aku masih mau terus hidup, Mat
Masih mau menggumu terbit, berjalan bareng kamu, juga nemeni kamu terbenam..
Berpijarlah selalu kawan, kau di Langit, aku di Bumi..

Kangen ama Hujan, Mat..
salam ya..





#di 24 Juni 2013
estafet perjuangan itu akan terus berlanjut, sampai titik penghabisan
sampai benar-benar harus berhenti..

Selasa, 26 Maret 2013

coret-coret 1

Hari ini, aku lagi galau, Mat!
he he he..
tapi aku bertekad buat jauh lebih baik lagi, jauh lebih tangguh, apalagi harus berderai air mata buat urusan yang tidak penting. Selama ini, aku sudah cukup akrab dengan segala bentuk penghianatan-penghianatan...(ecieee..ecieee...kelihatan galaunya kan? gak..gak...gak...) 

Sebenarnya, aku masih menganggap hidupku ini damai-damai aja, Mat! tapi sayangnya kayak pelajaran PKn dulu, kita ini makhluk sosial yang gak hidup sendirian di hutan, tapi dikelilingi banyak manusia yang kata Darwin turunan monyet. Kedamaianku itu sangat-sangattt sekali menggelisahkan buat orang-orang disampingku.

Jadi aku hidup sebenarnya buat apa dan siapa yok??..Nah...yang begitu mah gak perlu dipikirin panjang kali lebar kan, Mat! yang harus dilakukan adalah menyelesaikan semuanya dengan baik sekali. Aminnn...

Dan yang terpenting adalah Langit membiarkan aku terus bernafas, sampai semua urusanku selesai, meski gak akan pernah selesai, cause matipun kita masih punya urusan sama Langit. ya, gak?

Ada satu dialog yang terus menggema di sini, Mat (sambil nunjuk jantung he he he), dan akan terus aku ingat. selama ini rasanya, kita berulang kali ada di titik demi titik yang mengkhawatirkan, tapi toh akhirnya bisa juga kan? Terus berpikir positif seperti biasanya, meski kenyataan sebaliknya. Aku pikir, hidup itu bukan soal aturan yang dibikin orang-orang, nahh..sayangnya aku belum punya negeri sendiri, jadi musti legowo kan?



Aku akan terus hidup, Mat...
Mati, itu artinya aku menghianatimu...


Senin, 21 Januari 2013

Coretan kesekian....


BUNGA, 1
 
Oleh : Sapardi Djoko Damono

(i)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padangwaktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak
terbang berputar-putar di atas padang itu;
malam hari ia mendengar seru serigala.

Tapi katanya, "Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku
ini si bunga rumput, pilihan dewata!"

(ii)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.

Ia kembang di sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi,
dan malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun dalam gua
itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangm
dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan
hutan terbakar dan setelah api ....

Teriaknya, "Itu semua pemandangan bagi kalian saja, para
manusia! Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata!"

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.



BUNGA, 2

Oleh : Sapardi Djoko Damono

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik
taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata
jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya -- tak ada
alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin
menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu
kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya
selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan
menjelma
pendar-pendar di permukaan kolam

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

BUNGA, 3
Oleh : Sapardi Djoko Damono

seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna coklat
ketika tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu
tak ada sahutan
seuntai kuntum melati itu sudah kering: wanginya mengeras di
empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika
terdengar ada yang memaksa membuka pintu
lalu terdengar seperti gema "hai, siapa gerangan yang telah
membawa pergi jasadku?"

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.



.....................................

Hai, selamat Malam...

Kau bisa lihat Orion di Langit malam hari ini? aku mau cerita banyak, tetapi aku harus segera pergi..
aku kembali besok ya! Semoga kita semua selalu dinaungi Langit dalam damai, di setiap lelap. Di Bumi manapun kita memijakkan kaki, aku berdoa Dia selalu menjaga kita dengan sebaik-baiknya penjagaan-Nya.

Lelah itu sudah jadi hal yang lumrah buat Manusia, tapi meski kita lelah kita bukanlah pribadi yang lemah, kan?


Kalau hujan berkunjung lagi di kotamu, aku titip salam ya, aku sangatt rindu sama hujan...

Tau tidak aku suka hujan yang datang kapan pun, yang paling seru kalau hujannya datang pagi-pagi, yang paling menenangkan kalau hujannya mau menengok malam hari, trus aku bisa pandangi sepuasnya rinainya yang membias tertimpa cahaya lampu-lampu..Hujan itu...terlalu banyak tetes-tetes rindu. .