Kamis, 10 Maret 2011

Menyuruhku Pergi

Kau menyuruhku pergi
tanpa kata, tak ada bicara
kau memintaku mengerti
dalam bungkam juga diam

Baik kalau itu yang kau inginkan
Aku sudah mengerti kenapa kau menyuruhku pergi
tetapi. .
Aku sama sekali tidak memahami kenapa kau menyuruhku pergi

Aku lebih senang kau meminta bukan menyuruh

Mungkin bagimu
Waktu sudah tiba
sudah tak berguna
cerita tentang baris-hujan
sudah tak berarti lagi cakrawala
sudah tak indah lagi rembulan
ahh. . .angin sekarang jadi semakin dingin

Baik. .baik. .
Jangan bingung
kali ini aku menuruti inginmu
aku pergi sekarang
bersama kenangan-kenangan
oh ya, jangan pernah lagi memintaku datang

Aku pergi..aku benar-benar pergi sekarang
Boleh kutanya sesuatu?
Apa kau bahagia?
Maka berhentilah semua catatan tentangmu
Yang kutulis bersama angin...
Ditemani Matahari juga Rembulan!

Tenang Saja

Tenang saja..
meski ada derita dengan nanah yang jadi luka
aku tidak pernah membenci
tidak pernah mendendam
karena bisa saja
luka, sakit, juga derita ada
karena kesalahanku sendiri!

Cukup lama aku berdiam diri bersama angin
Mendengarkan cerita Senja
Memahami maksud Cakrawala
Ternyata semua sangat sederhana!

Sakit ini ada bukan karna luka
Ternyata aku belum bisa menerima segala tiba
segala nyata

Kau tidak salah!
Aku yang salah sudah memulai segala kisah
Mungkin aku hanya kecewa, kau tak kunjung bicara..
Aku sudah terbiasa dengan kebatinanmu itu!

Kau tak perlu tau semua catatan untukmu yang kutulis bersama angin di waktu pagi dan senja!
Masing-masing kita sudah menyimpan segala luka. .

Jadi, mari kita sudahi segala kisah!
Karena kau yang menyuruhku untuk sudah!
Harus benar-benar "sudah"!

Aku akan pergi membawa kenangan-kenangan..
Meski aku sulit membedakan mana sakit, luka, duka, kecewa, juga tawa..

Yahh. .inilah rasa, sulit sekali aku menerjemahkan lewat kata. .
Logikapun tak akan sanggup menjelaskan!
Semoga kau berbahagia!