Sabtu, 15 Desember 2012

Keluarga Semesta, Bagian I

Haiiiii...
Selamat malam, seperti biasa memulai percakapan itu dan agar lebih romantis, aku akan memulai dengan bertanya kabar. 
"Apa kabar?, kau baik-baik saja?" atau seperti ini,
"bagaimana kabarmu, kau baik-baik saja?" atau..
"oeeeee...kau masih hidup sekarang?" hi hi hi...mana yang mau dipilih? 

Sebenarnya itu adalah "basa-basi", kalau boleh dikatakan sebagai "basa-basi" yang lazim untuk digunakan. Termasuk adegan wajib yang harus diucapkan untuk memulai percakapan ketika bertemu denga seseorang mau teman, pacar, orang yang dituakan, atau orang-orang yang sudah lama tidak dilihat atau kelamaan tidak dilihat batang hidungnya. Yang baru dikenal atau sebaliknya.

Contohnya seperti ini:
"Ehhh...kemane aje loe, batang idung elo gak pernah kelihatan apa kabar?"
Sesungguhnya aku menemukan sebuah keganjilan di sana..jadi lebih penting batang hidung ya, daripada keseluruhan orangnya. *sambil pegang idung yang lumayan tegak..hi hi hi..

Kenapa yok, harus batang hidung? ya, karena hidung adalah bagian yang paling mudah dilihat kali ya, paling menonjol dibandingkan yang lain, kecuali apabila, maaf sebelumnya bibirnya lebih mancung daripada hidung, terlalu sadis ketika harus mengatakan 'monyon", ehhh...kamu kalo ngambeknya kumat, kira-kira bibirnya bakalan lebih mancung daripada hidung gak? gak..gak..gak...(aku ngakak sambil guling-guling nich, aku kan tau kamu kalo lagi kurang sajen gimana...hi hi hi.)

Ran, kau baik-baik saja kan? lama tak bercerita. Belakangan ini aku kesulitan menemukan letakmu di Langit. Katakan sesuatu kalau ada apa-apa. Dengan senang hari aku akan membantu sebisaku. Bagi orang yang sudah memiliki satu ikatan, apapun itu bentuknya, kabar adalah sesuatu yang berharga sekali. Meski kau tak mengatakan apa-apa, asal kau beri aku senyummu yang paling manis saja, itu sudah sangat cukup buatku, Ran. Itu artinya selama kamu bisa tersenyum segetir apapun hidup yang membelenggumu, kau akan dan selalu baik-baik saja.
Dan aku, dengan setia menemani di Bumiku...

Ran, malam ini aku ingin bercerita tentang Satu Keluarga di Semesta. Kau mau dengar, barang kali tulisan-tulisan ini akan menemanimu. Kapan-kapan kau tinggalkan aku jejak ya, kalau kau pernah mengunjungi tulisan ini. Aku taruh instrumen di sini. Sape, alat musik tradisional Dayak yang sangat langka buat sekarang, Cuma punya empat senar, yang nendang ketika senarnya dibikin dari akan, atau kulit pepohonan. Teduh gak, Ran..selera musik kita kan bersebrangan. he he he..

ehemm..tes..tes..tes...cek..cek..cekk...oeee..aeee...aaa...iiii...uuu..eeee...ooooo.
ooooooo...eee...iiii///ee..^^%$$$$#@@@#######****** (aku kesedak, Ran..yaah malah ketawa. Itu bagian dari check vokal noch...)

Jadi, begini Ran..
Di Semesta yang senantiasa memeluk kita ini, Ada satu keluarga yang terdiri dari Matahari, Bintang, Hujan, juga Rembulan. Nama keluarga itu adalah "Keluarga Langit"..
Cerita ini akan sangattttttttttt puanjangggggg sekali, Ran. Kau tak bosan. Aku tauh prolog dulu ya, aku harus pulang ini, besok pagi musti bangung pagi, ada order nasi bungkus..he he he..

Nahh...Malam ini yang akan aku ceritakan adalah  Matahari....

ehhhh, tapi aku pergi dulu, ya...besok aku kembali lagi bersama Matahari...
see you

(15/12, 20.59)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar